Monday, 4 November 2013

Perjalanan adalah pilihan


Jalan tak selama nya lurus, kadang berliku, menanjak, terjal,  inilah hakikat sebuah perjalan yang didalam nya selalu menghadirkan sebuah pilihan yang kita harus pilih akan belok, atau melaju lurus karena tak mungkin kita berhenti di tempat sedang waktu terus berlalu. Inilah yang hari ini saya hadapi saat 8 bulan kontrak saya harus berakhir di ponorogo, pilihan utama adalah kembali ke Jakarta dan memulai berkarier kembali atau melanjutkan langkah kaki di ponorogo. Namun apapun keputuan nya yang terpenting yang kita harus memegang teguh kompas yang kita punya agar tak tersesat, dan kompas itu adalah Allah yang maha ‘Nurr Hadiy ‘ maha pemberi petunjuk, dengan keterbatasan mata kita kita melihat kedepan yang penglihatan kita banyak tertutup oeh kabut asap, maka Allah lah satu-satu nya petunjuk terbaik. Maka dengan kesadaran inilah menghadirkan sebuah ‘effort’’ yang tinggi untuk selalu dekat dengan Nya, dan menjaga setiap langkah agar tak membuat dia marah. Semoga Allah beri langkah ku kekuatan tuk banyak Syukur atas semua ini, kuatkan buat selalu bangun menyapa Nya saat hening, agar diberi itiqomah tuk selalu menghafal ayat-2 nya yang Indah, dengan jalan yang terjal berliku ini menyisakan hikmah untuk banyak bersyukur karena mengantarkan ku dekat dengan Nya, semoga dengan ini Allah ridha dengan perjalanku, masih melihatku dengan rahmat Nya, mengampuni apa yang salah dari hari kemarin,hingga saat nya menunjukan jalan untuk ku pada kemenengan di dunia dan selamat di akhirat. Dan saya yakin dengan banyak janji Nya dalam.

Namun jika di tanya pilih tinggal di Jakarta atau di ponorogo, rasa nya dah nga selera deh tinggal di Jakarta, menurut saya tinggal di Jakarta tuh banyak umur kita banyak mubazir, karena banyak di buang di jalan yang kemana2 macet, kualitas hidup berkurang,karena kepadatan penduduk jadi banjir,sampah,udara bersih mahal karena dimana2 polusi, kehidupan social yang terbentuk dengan ego yang tinggi, masing2 kita secara tak langsung ingin menunjukan aku nya karena resistensi di dunia kerja, dimasyarakat hingga wajar muncul istiah “time ‘s duit “. Karena orientasi dari kehidupan social di kota kasar nya begini deh, apa yang bisa nguntungin gw ya gw jalanin, klo nga ada untung nya ngapain cape2, dah cape kerja cari duit,dijalan macet,banjir jadi sory2 aja klo sekedar basa-basi mah ky nya nga ada waktu. suka tidak suka,langsung tak langsung inilah yang terjadi saat saya tinggal di jakarta, materialism menjadi harga mati, kita lebih bernilai di masyarakat dikeluarga dari apa yang kita punya, apa yang kita dapat, kita nga punya wajar aja di kesampingkan. lantas dengan begini jg kta nga bsa ngejustifikasi semua orang Jakarta begini, nga juga kale…’  
Dan pasti  nya jika baik lagi ke Jakarta, pilihan utama pasti nya kerja jadi karyawan,apalagi klo perusahaan nya nga segede IFF atau Firnaglass tempat dulu kerja, wah kemunduran pasti nya,selain itu 2 tahun vakum dari dunia IT, pasti nya ‘bargaining position’  dah nga kuat kaya dulu apalagi skarang dah menginjak usia 30 tahun, klo baik lagi kejakarta trus mau bisnis pun resistensi nya lebih tinggi, kebutuhan terus jalan, harga2 jauh lebih tinggi nga di barengi pemasukan, dan pasti nya dengan kekuatan yang lemah gini kaya nya nga bisa ngarep dh, sehari-hari pasti nya brat banget.
Akhirnya setelah pikir dari banyak sisi, kaya nya di tanah reyog ini jauh lebih prefer buat saya bisa menjadi ‘the new man’. Dan siap2 buat hijrah 100% ke sini, lapangan kerja tak sebanyak di kota besar, namun potensi buat jadi entrepreneur ada disini, banyak potensi yang dah saya tulis sebelum nya. Ketenangan hidup lebih banyak di sini,

 udara,air masih bersih dan sehat makanya orang2 tua disini masih bisa kesawah umur 70-80th masih pada aktif braktifitas karena mereka sehat, klo di kota umur 40-50th aja dah ada keluhan ini itu, karena salah satu nya banyak nghirup polutan, air tercemar dimana. Air bersih dijakarta cm bisa di nikmati orang2 kaya yang bisa beli teknologi purifier water’ .
Banyak hikmah dari berbagai kesulitan ku setelah belajar beralih dari pekerja menjadi entrepreneur, pasti nya begitu dan itu yang kudu di syukuri,karena banyak orang yang jenuh dengan dinamika seorang karyawan namun tak dapat berbuat apa2,karena memang keluar dari zona nyaman itu sulit, dengan cara inilah sebenar nya Allah sedang memberikan test masuk menuju kesuksesan baru. Saya yakin dengan jalan ini akan lebih cepat mendapatkan ‘Nissan Navara’ dengan kondisi sulit saat ini di banding, saya memiih menjadi karyawan, namun pasti nya jalan nya lebih sakit untuk dijalani. 

Banyaklah cerita sukses yang terbangun dari kondisi terjatuh, bahkan dari kondisi hampir mati Seorang juara bisa lahir,  sukses adalah bukannya seorang yang tidak pernah terjatuh. Ia harus berjuang untuk menaiki tangga demi tangga kemenangan. Akhirnya, seorang pemenang kehidupan sejati adalah yang tetap bisa menata hati di setiap keadaan, keadaan menang atau keadaan kalah, keadaan menyenangkan atau keadaan yang tidak menyenangkan.
When we have Allah, sure life’s being beautiful, isn’t it?
Hidup hanya indah bila kita menyikapinya dengan keindahan rasa, hanya dengan keindahan rasa.                          Andai kegagalan adalah bagaikan hujan, dan kesuksesan bagaikan matahari, maka kita butuh keduanya untuk bisa melihat pelangi…’