Tapi gambaran kota santri yang
religious, sangat paradok jika meliihat pemandangan tempat mangkalnya anak muda
Ponorogo. Mulai jalan baru dekat stadion, kafe remang-remang, hotel di tengah
kota, hotel di objek wisata Ngebel, dlsb. Di sanalah sering dijadikan objek
pergaulan bebas. Bahkan seperti hotel-hotel di Ngebel itu, begitu vulgar
penduduk dan anak-anak sekolah ketika ada pasangan muda-mudi datang dengan
menawarkan kamar rumahnya, atau kamar hotel di sekitar rumahnya Mas, dari pada
kurang nyaman pacaran, silakan mas ada kamar yang aman dan nyaman ucap anak sekolah ketika telaga Ngebel tengah ramai. Tidak itu
saja. Kafe yang memang di desain dengan cahaya minimalis, memang sengaja
diperuntukkan untuk kalangan remaja yang tengah mabuk asmara. Bahkan Warnet,
adalah tempat pilihan utama untuk warung
netek para remaja yang nafsu birahinya memuncak. Selain itu, di Jalan Baru
dekat Gor, dan taman kota yang berada di dekat stadion Batara Katong. Di sana
anak-anak pelajar perempuan dari kalangan SMP, SMK dan SMA, dengan enjoynya
menjual dirinya dengan para lelaki hidung belang yang menginginkan dirinya.
Mereka sudah mempunyai gank yang cukup rapi dalam operasionalnya. Setiap malam
mereka berpura-pura menjadi pramusaji di warung tenda remang-remang. Dandanan
dibuat semenarik mungkin, sehingga terkesan menantang birahi bagi siapa saja yang
melihatnya.
Hal yang paling mudah terlihat,
saat bulan puasa seolah hampir tak berbeda dengan bulan lain, warung tak malu2
buka di siang hari, jagungan sambil merokok di sudut2 jalan sudah menjadi
pemadangan biasa, beda saat saya rasakan di garut, bahkan jika warung buka di
siang hari malah di keroyok warga, ponorogo yang dikenal kota santri sharus nya
begitu tapi...’
Kondisi demikian ada karena latar
belakang bangunan keluarga2 di ponorogo banyak yang rusak, karena banyak ibu
muda bekerja di luar negeri, anak2
tumbuh dan berkembang kurang sentuhan orang tua, angka perceraian
termasuk tertinggi di Jawa timur, Bahkan orang gila pun sampai tak tertangani
saking banyak nya, kita mudah dapat kan di jalan2, bahkan ada desa terbelakang
di ponorogo yang angka keterbelakangan mental nya sangat tinggi (Jambon,
Jenangan).
Namun banyak juga generasi2 baik
diponorogo yang membanggakan, kita tak bisa men’generalisir kerusakan social
yang ada.
Semoga pemerintahan ponorogo
kedepan lebih mengedepankan pembangunan manusia, agar ponorogo memiliki
generasi berkarakter kuat. Sehingga terbentuk keluarga2 yang baik,yang pada
akhir nya banyak perbaikan di berbagai bidang. amin