Pada saat ada tanda2 kehamilan istriku rasa nya sulit
percaya karena aktifitas biologis kami dirasa sudah aman ternyata Allah
berkehendak lain. Akhirnya kami menerima nya dengan iklas diantara kondisi
lebih banyak tidak siap nya. Tak terfikir sedikitpun dari kami untuk mensudahi
proses kehamilan, saya hanya berfikir betapa mudah nya Allah memberikan amanah baru di tengah
ketidaksiapan kami, mengapa tak beri
rizki ini pada keluarga yang bertahun-tahun mendamba momongan. Sedikit
banyak kami bisa berempati merasakan banyak perasaan yang sulit di definisikan
dari mereka yang belum di karuniai keturunan.
Awal nya saya berandai, jikalau anak ini di turunkan pada
keluarga yang memang sedang menunggu waktu nya menimang anak,pasti nya
kebahagiaan nya akan sangat lebih di banding apa yang sedang ku rasakan betapa
repot nya berbagi waktu, dll yang inti nya repot sekali dengan balita kecil ku,
walau tak boleh menjadikan anak sebagai tantangan tapi ini lah yang kujalani
dalam merintis usaha baru ku bersama istri.
Singkat cerita sebelum nya ada anak yang akan keluar negeri
namun unfit karena hamil, dan mereka suami istri sangat tidak siap memiiki anak
ke dua, dan meminta tolong kami bagaimanapun cara nya untuk meng’cancel’ proses kehamilan. Namun untuk
hal ini saya tak bisa membantu apapun selain menyarankan untuk membesarkan
janin agar selamat. Singkat cerita si orang tua bertemu dengan orang pintar
yang bisa pindah janin. Namun saya kembali hanya menyarankan untuk dibesarkan
saja. Singkat nya agustus kemarin Alhamdulillah lahir dengan normal. Setelah
kasus ini seolah membuka cakrawala baru ternyata memang nyata ‘sebuah teknologi
yang di sebut gaib mampu memindahkan ciptaan Allah yang proses nya begitu rumit
hanya dengan komunikasi secara ruh pada janin untuk pindah.
Kenyataan inilah yang akhir nya saya cari tahu saat kami
mengalami hal serupa. Tapi bagaimana mentransformasikan apa yang saya pahami
pada keluarga yang mungkin untuk dipindah janin. Mmm…’ pasti hal pertama yang
muncul pertama pun penolakan jika dengan cara yang tak lazim. Saya coba
komunikasikan pada seorang sahabat di bitar yang memang belum di karuniai anak
setelahmenikan hampir 8 Thn tentang hal ini, namun dia jika mungkin kami
amanahi sangat menerima walau dengan cara yang tak lazim, karena keluarga nya memang
telah menjalani nya dan prosesnya layak nya orang hamil dan melahirkan, anak
nya pun seperti biasa bahkan memang seperti anak nya sendiri.
Namun saya tetap lebih prefer jika masih keluarga yang di
amanahi, karena selain silaturahmi semakin dekat, banyak alasan yang inti nya
secara hati akan lebih nyaman. Tapi karena keterbatasan mengkomunikasikan suatu
yang tak lazim, yang memang sulit di terima akal dan pemahaman agama yang hanya
melihat dari satu sisi. Akhirnya kami memutuskan nya untuk meng amanahkan
kebahagiaan kami pada seorang sahabat ‘Alvin’ di blitar. Karena saya percaya
mereka keluarga hanif agamanya, ikhtiar dunia nya juga bagus. Dengan
bismillahirahmanirahhim ikhtiar ini saya jalani.
Semoga apa yang saya pahami dari banyak orang mencemooh ini
berjalan baik. Toh tak ada yang di rugikan, tak ada yang di sakiti, biarlah
berbagai anggapan muncul, aku hanyamengembalikan dari apa yang saya jalani pada
Rabb ku saja.