Sunday, 24 March 2013

Piihan Jalan 2

Dan pasti  nya jika baik lagi ke Jakarta, pilihan utama pasti nya kerja jadi karyawan,apalagi klo perusahaan nya nga segede IFF atau Firnaglass tempat dulu kerja, wah kemunduran pasti nya,selain itu 2 tahun vakum dari dunia IT, pasti nya ‘bargaining position’  dah nga kuat kaya dulu apalagi skarang dah menginjak usia 30 tahun, klo baik lagi kejakarta trus mau bisnis pun resistensi nya lebih tinggi, kebutuhan terus jalan, harga2 jauh lebih tinggi nga di barengi pemasukan, dan pasti nya dengan kekuatan yang lemah gini kaya nya nga bisa ngarep dh, sehari-hari pasti nya brat banget. 

Akhirnya setelah pikir dari banyak sisi, kaya nya di tanah reyog ini jauh lebih prefer buat saya bisa menjadi ‘the new man’. Dan siap2 buat hijrah 100% ke sini, lapangan kerja tak sebanyak di kota besar, namun potensi buat jadi entrepreneur ada disini, banyak potensi yang dah saya tulis sebelumnya. Ketenangan hidup lebih banyak di sini, udara,air masih bersih dan sehat makanya orang2 tua disini masih bisa kesawah umur 70-80th masih pada aktif braktifitas karena mereka sehat, klo di kota umur 40-50th aja dah ada keluhan ini itu, karena salah satu nya banyak nghirup polutan, air tercemar dimana. Air bersih dijakarta cm bisa di nikmati orang2 kaya yang bisa beli teknologi purifier water’

Banyak hikmah dari berbagai kesulitan ku setelah belajar beralih dari pekerja menjadi entrepreneur, pasti nya begitu dan itu yang kudu di syukuri,karena banyak orang yang jenuh dengan dinamika seorang karyawan namun tak dapat berbuat apa2,karena memang keluar dari zona nyaman itu sulit, dengan cara inilah sebenar nya Allah sedang memberikan test masuk menuju kesuksesan baru. Saya yakin dengan jaan ini akan lebih cepat mendapatkan ‘Nissan Navara’ dengan kondisi sulit saat ini di banding, saya memiih menjadi karyawan, namun pasti nya jalan nya lebih berdarah2. 

Banyaklah cerita sukses yang terbangun dari kondisi terjatuh, bahkan dari kondisi hampir mati Seorang juara bisa lahir,  sukses adalah bukannya seorang yang tidak pernah terjatuh. Ia harus berjuang untuk menaiki tangga demi tangga kemenangan. Akhirnya, seorang pemenang kehidupan sejati adalah yang tetap bisa menata hati di setiap keadaan, keadaan menang atau keadaan kalah, keadaan menyenangkan atau keadaan yang tidak menyenangkan. 

When we have Allah, sure life’s being beautiful, isn’t it?
Hidup hanya indah bila kita menyikapinya dengan keindahan rasa, hanya dengan keindahan rasa.                          
Andai kegagalan adalah bagaikan hujan, dan kesuksesan bagaikan matahari, maka kita butuh keduanya untuk bisa melihat pelangi…’