Dan pasti nya jika
baik lagi ke Jakarta, pilihan utama pasti nya kerja jadi karyawan,apalagi klo
perusahaan nya nga segede IFF atau Firnaglass tempat dulu kerja, wah kemunduran
pasti nya,selain itu 2 tahun vakum dari dunia IT, pasti nya ‘bargaining position’ dah nga kuat kaya dulu apalagi skarang dah
menginjak usia 30 tahun, klo baik lagi kejakarta trus mau bisnis pun resistensi
nya lebih tinggi, kebutuhan terus jalan, harga2 jauh lebih tinggi nga di
barengi pemasukan, dan pasti nya dengan kekuatan yang lemah gini kaya nya nga
bisa ngarep dh, sehari-hari pasti nya brat banget.
Akhirnya setelah pikir dari banyak sisi, kaya nya di tanah
reyog ini jauh lebih prefer buat saya
bisa menjadi ‘the new man’. Dan siap2
buat hijrah 100% ke sini, lapangan kerja tak sebanyak di kota besar, namun
potensi buat jadi entrepreneur ada disini, banyak potensi yang dah saya tulis sebelumnya. Ketenangan hidup lebih banyak di sini, udara,air masih bersih dan
sehat makanya orang2 tua disini masih bisa kesawah umur 70-80th masih
pada aktif braktifitas karena mereka sehat, klo di kota umur 40-50th
aja dah ada keluhan ini itu, karena salah satu nya banyak nghirup polutan, air
tercemar dimana. Air bersih dijakarta cm bisa di nikmati orang2 kaya yang bisa
beli teknologi purifier water’ .
Banyak hikmah dari berbagai kesulitan ku setelah belajar beralih
dari pekerja menjadi entrepreneur, pasti nya begitu dan itu yang kudu di syukuri,karena
banyak orang yang jenuh dengan dinamika seorang karyawan namun tak dapat
berbuat apa2,karena memang keluar dari zona nyaman itu sulit, dengan cara
inilah sebenar nya Allah sedang memberikan test masuk menuju kesuksesan baru. Saya
yakin dengan jaan ini akan lebih cepat mendapatkan ‘Nissan Navara’ dengan
kondisi sulit saat ini di banding, saya memiih menjadi karyawan, namun pasti
nya jalan nya lebih berdarah2.
Banyaklah
cerita sukses yang terbangun dari kondisi terjatuh, bahkan dari kondisi hampir
mati Seorang juara bisa lahir, sukses adalah
bukannya seorang yang tidak pernah terjatuh. Ia harus berjuang untuk menaiki
tangga demi tangga kemenangan. Akhirnya, seorang pemenang kehidupan sejati
adalah yang tetap bisa menata hati di setiap keadaan, keadaan menang atau
keadaan kalah, keadaan menyenangkan atau keadaan yang tidak menyenangkan.
When we have Allah, sure life’s being beautiful,
isn’t it?
Hidup hanya
indah bila kita menyikapinya dengan keindahan rasa, hanya dengan keindahan
rasa.
Andai kegagalan adalah bagaikan hujan, dan
kesuksesan bagaikan matahari, maka kita butuh keduanya untuk bisa melihat
pelangi…’