Tuesday 10 September 2013

PARADOXS DI KOTA SANTRI ll

Saya yang nga paham pemerintahan aja bisa nilai dari yang kelihatan pemerintahan ponorogo luar biasa amburadulnya. Ponorogo yang dipimpin oleh mantan kepala desa yang hanya mengenyam pendidikan kejar paket C ini begitu merana. Kasus korupsi, kolusi, nepotisame, yang mengarah pada kekayaan para pejabat semakin menggerogoti citra kota santri.

Mereka -para pejabat- tidak mampu menyusun dan melaksanakan program pembangunan. Mereka lebih sibuk dengan proyek-proyek yang menguntungkan dirinya. Banyak kebutuhan-kebutuhan yang menyangkut kepentingan umum seperti sekolah, jalan-jalan, dan berbagai fasilitas diabaikan. Seperti tulisan sblm nya, perhatikan JL ponorogo treggalek hampir tiap tahun tu jalan adaperbaikan, orang nga ngerti ky saya jg bsa nilai kerja nya ga bener ni PU, dari media yang saya baca Mereka lebih memilih pemugaran pendopo kabupaten agar terlihat megah, walau belum layak dipugar dengan biaya spektakuler… Tidak wajar. Pun demikian bupatinya, wakilnya, lebih memilih membangun rumah pribadinya dengan biaya yang cukup fantastis. Masya Allah duit siapa tu yang dipake..?? kita yang orang nga ngerti apa2 cm bisa liat dari luar ga wajar pasti nya dengan melihat gajinya di setiap bulannya berape.  
Yang bikin gemes jg ngapain juga kasi izin hypermart hadir di ponorogo, saya rasa cukup ponorogo punya kebanggaan poper sm luwes, ok hadir nya Hypermart banyak menyerap tenaga kerja tapi market share Luwes sm poper dah cukup menjadi representasi kebanggaan warga ponorogo, pasti nya sangat berpengaruh akan perkembangan ke dua swalayan ini,pemda nga ngerti skala prioritas, kudu nya bangun yang ponorogo butuh bukan bangun yang ponogo mau, kenapa juga nga membangun infrastruktur pembangunan sumber daya manusia dengan merintis pabrik yang dapat mengolah SDA di ponorogo, pabrik Bioetanol missal nya, atau pengolahan jagung, bahkan pabrik pupuk, karena resources nya sangat mendukung untuk di berdayakan, atau merekonstruksi pabrik kayuputih yang menjadi icon agar memiliki daya saing lebih baik, perbaikan system informasi nya, dll…  
Kota Santri kini berubah menjadi kota jarahan politisi. Anggota dewan yang katanya pembela rakyat, ternyata hanyalah hama wereng coklat yang mematikan semua aset rakyat. Programnya hanya mengumpulkan harta sebanyak mungkin, untuk modal dapur  jabatan di pemilu tahun berikutnya.  Bahkan seolah tradisi saat pemilihan lurah kasi amplop ke warga2…Tanya kenapa..? tapi ada yang hebat di ponorogo, Tukang pentol aja bisa nyaleg, hebat ga tuh, padahal buat nyaleg aja modal nya dah jutaan, maka nya tak heran beberapa taun lalu cakades maguang sambit sampe gila berkeliaran di jalan karena kalah pemilihan.. Nau’zubillah   
 Rasa nya sudah saat nya ponorogo merubah nama menjadi kabupaten PonoRUWET….’
(mang hadiy)