Tuesday 14 January 2014

Bisnis sapi “Should to be prospect”

Negara agraris yang sangat kaya dengan sebutan ‘gemah ripah loh jinawi’  tapi bicara kebutuhan daging dan susu sapi saja masih banyak tergantung dengan Australia dan New Zealand. Miris nya lagi menurut data FAO Indonesia menjadi salah satu Negara dengan index konsumsi daging sapi terendah di asia pasifik, ya sangat wajar fakta nya daging sapi di Indonesia masih menjadi makanan Tersier atau bahkan di banyak wilayah sebagai makanan mewah karena harga perkilo daging sapi hari ini (9.02.2014) adalah Rp 74.000- / kilo. Memang kebutuhan sapi tak sepenting seperti beras, jagung, kedelai, gandum (yang juga impor), tapi mengingat negara kita memiliki potensi yang sangat baik untuk pengembangan sapi bahkan kita seharusnya mampu menjadi pengekspor sapi, tapi mengapa untuk kebutuhan sapi saja harus exspor dari luar.

Hanya jawa timur mencoba mengembangkan untuk tidak masuk sapi /daging impor di jawa timur. Namun kebijakan itu belum dibarengi dengan pemberdayaan masyarakat tani dan ternak yang baik, hasil nya kelangkaan daging sapi di jawa timur, karena asupan dari peternakan kurang, parah nya lagi abbator modern (RPH)  pertama di jawa timur (Ponorogo) menghentikan produksi pemotongan hewan karena supply nya terhambat, jika disupply dari luar jawa timur pasti cost nya lebih tinggi dan tidak mungkin dilakukan untuk menjaga stabilitas harga, langkah terbaik adalah menunggu harga sapi kembali normal.  

Menjadi peternak sapi sejatinya jika pengelolaan nya tidak setengah-setengah seharus nya tidak akan pernah merugi, karena jalur distribusi nya jelas daging sapi sangat bernilai tinggi dan permintaan pasar tak pernah berhenti , apalagi jika kita berbicara sapi perah, susu nya setiap hari mampu mendatangkan omset lumayan. Rata-rata per ekor sapi perah FH di Indonesia di usia produktif mampu menghasilkan 10 – 12 liter perhari, jika harga susu perliter nya Rp.4000- maka sebulan meraup omzet rata2 Rp 1,3jt per sapi/bln.  Setelah masa produksi habis nilai jual untuk di potong pun masih tinggi. Kotoran yang dihasilkan selain untuk pengembangan biogas juga dapat diberdayakan untuk pengolahan pupuk kandang.

Melihat kondisi ini saya sangat tertarik untuk bermimpi kedepan memiliki sebuah peternakan sapi terbesar di ponorogo, karena sumber daya alam yang mendukung, dengan siklus pertanian yang mampu menjamin kualitas pakan sapi.

Jika pengelolaan pertanian dan peternakan nya rapi maka kotoran sapi mampu menjadi pupuk dengan di buatkan sentra penampungan pupuk sapi di ponorogo yang kedepan bisa dibuatkan pabrik pupuk berskala besar karena untuk pupuk pun kita impor, untuk pengolahan pakan lele pun kotoran sapi sangat baik. Hasil pertanian dimana komoditi jagung daun nya sangat baik untuk pakan sapi, selepas musim jagung, musim padi yang daun nya untuk silase, jerami dan katul serta kekayaan alam lain, jika siklus jaringan demand supply  pertanian peternakan mampu bersinergi baik , seharus nya menjadi kan ponorogo salah satu propinsi kaya di jawa timur.

Masalah utama tata kelola sumber daya manusia nya, belum mampu memberdayakan potensi alam. Yang ada pemkab malah bangun bagunan Mega Mall Ponorogo.. halah capee, karena keterbatasan masyarakat nya lebih memilih bekerja di negeri orang karena lapangan pekerjaan yang sempit, petani menjerit karena harga pupuk tinggi, wal hasil banyak lahan pertanian di jual buat bangun perumahan dan ruko.

Aku ingin banyak belajar di negeri yang sudah maju tata kelola pertanian seperti negara New Zealand dengan negara yang tak seluas sumatra mampu menjadi negara maju dibidang pertanian. Ke New Zealand bukan Cuma orientasi gaji 32jtan/bln, tapi orientasi nya lebih dari itu.. 2 – 5 tahun saya disana sepulang dari sana saya sudah bisa bangun apa di sini.  Tapi uang proses kesana masih menjadi tanda tanya besar, dari mane gue dapet duit Rp.50.000.000- buat proses ke New Zealand. Dan itu ga mungkin aku berharap sama orang lain, serta tak mungkin berharap dengan jual tempat tinggal, mo gadein surat aja ga boleh. … Mmm.. entahlah biarlah harapan itu ada, dan jangan pernah mati harapan itu.